Mengenal Tasawuf

Dalam perjalanan manusia hidup di dunia, kita semua pasti tahu modal yang di berikan Allah pada diri kita yaitu akal, Juga fitrah manusia ingin selalu berada dalam kedamaian, kebahagiaan, dan ketenangan.

Akan tetapi, dalam proses perjalanannya, kita semua melalui fase-fase yang dilewati. Sama seperti saat kita masih bayi kita harus menyusu pada Ibu, kebutuhan untuk makan dan sebagainya. bahkan jauh sebelum itu kita tak tahu apa yang kita lakukan saat masih 9 bulan dalam kandungan ibu kita. Semua itu perjalanan sampai nanti kita mati dan kembali kepada Allah. Itulah konsep hidup yang saya yakini yaitu “Innalilahi wa inna ilaihi roji’un--sesungguhnya kita adalah milik Allah dan semuanya akan kembali pada Allah Swt.

Sekarang kita bicara saat perjalanan di dunia. Saat masih kecil kita makan disuapi,  baju dipakaikan, sampai akhirnya kita bisa makan sendiri dan bisa memakai baju sendiri, bahkan kita belajar dari kesalahan dan merasakan sakit dari apa yang kita lakukan. Banyak sebenarnya jika kita mau berpikir atau merenungkan hal-hal kecil yang sama korelasinya sampai hal-hal besar yang kita hadapi sekarang dan di masa depan.

Kita harus jatuh dulu baru tahu jatuh itu sakit dan tak mau untuk jatuh lagi. Kita harus salah dulu baru tahu kita tak mau salah lagi. Manusia diciptakan selain untuk ibadah tentu juga untuk belajar agak mengetahui sesuatu. Maka itu manusia diberikan bekal akal untuk berpikir dan untuk belajar, lalu diberi hati untuk merasakan.

asrā bi'abdihī lailam--memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam. Memperjalankan kita dari ketidaktahuan untuk belajar menjadi tahu. Dari gelap menjadi terang, dari batil menjadi haq.

Saat remaja banyak kita melakukan uji coba atau percobaan terhadap hal-hal apa pun yang kita pilih karena ketidaktahuan kita. Atau karena kita ingin tahu, dan semua itu menjadi pelajaran untuk kita di fase berikutnya saat kita sudah memasukinya dan merasakan hasilnya.  Itulah sebenarnya jika kita memikirkan dengan dalam direlung hati kita; siksa dan pahala. Allah menjanjikan siksa bagi apa apa yang kita perbuat jika melanggar aturan Allah. Dan allah memberikan pahala jika kita mengikuti aturan-Nya. Karena ketidaktahuan kita, kita belajar mengenal siksa dan pahala.

Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam manusia yang mau belajar dan harus sudah mulai benar-benar mencari dan terus berada di jalan yang lurus. Sirotol mustaqim.  Yang setiap hari lebih dari 17 kali kita membacanya dalam salat. Itu seperti navigasi pada maps saat kita berjalan ada tombol yang kita tekan untuk terus lurus “re-center” sirotol mustaqim kita lafadzkan dalam hati untuk terus menjaga kita tetap di dalam kebaikan. Yang untuk masuk ke jalan lurus itu sebelumnya kita banyak melalui perjalanan yang berkelok-kelok dan ada tanjakan turunan bahkan bebatuan yang membuat kita banyak terjatuh juga salah jalan bahkan tersesat.

Dan pasti fitrah kita mencari di mana jalan yang lurus itu. Di mana kedamaian itu. Di mana ketenangan itu. Kita pasti merindukan dan mendambakan itu. Bukan waktu bukan tempat bukan cuaca. Kita harus masuk ke dalamnya bukan kapan di mana dan dengan apa. Tidak menggunakan faktor-faktor materi untuk mendapatkannya. Allah memberikan kuncinya yaitu syukur. Ridho atas pemberiannya maka kamu akan masuk ke dalamnya.

Setelah saya uraikan semua perjalanan yang mungkin kita cari, barulah kita bicarakan apa itu tasawuf.

Tasawuf bukanlah ilmu yang di luar Islam, tasawuf bukan ilmu yang baru dibawa dan baru ada. Tasawuf bukan teori, bukan kata-kata, bukan juga pakaian atau kelompok.

Penolakan atau keantian pemahaman kita terhadap tasawuf, saya rasa jangan kita batasi dulu oleh penolakan dalam pikiran kita. Coba pikirkan lebih dalam dulu. Apa itu tasawuf?

Jika ada yang mengatakan tasawuf ilmu baru yang tak ada pada zaman Nabi muhammad Saw., bolehkah saya bertanya apakah ada ilmu yang membedakan hadist-hadist pada zaman Nabi Muhamad Saw.? Atau ilmu yang mengatur fiqih aturan-aturan beribadah? Bukankah hadist juga muncul setelah, juga fiqih dirumuskan setelah beliau wafat oleh ulama-ulama dan imam-imam besar? Semua diambil dari Al-Qur’an yang suci juga dari sunah Nabi Muhammad Saw. yang akhirnya menjadi hadist yang dikumpulkan Imam Abu Hurairoh dan Imam Muslim.

Begitu pula tasawuf sudah ada bahkan sebelum zaman Nabi Muhammad Saw. Tasawuf berbicara akhlak, berbicara hati manusia. Berbicara sifat kebaikan manusia yang ditentukan dalam dirinya. Pengenalan tentang siapa diri manusia sebenarnya.  Tasawuf sudah ada sejak zaman Nabi Adam A.S, Nabi Musa A.S, Nabi Ibrahim A.S, Nabi Isa A.S, pastinya pula pada zaman Nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya.

Ini yang harus kita pahami, untuk mencairkan atau membuka pikiran-pikiran atau isi dalam tempurung kepala yang menutupi ketidaktahuan kita. Penolakan terhadap ilmu yang sesungguhnya sangat penting untuk mengenal diri dalam menjalakan kehidupan di dunia.

Bahkan hukumya wajib mempelajarinya. Berdasarkan pada pembahasan rukun agama Islam yang saya tulis sebelumnya, menurut Syaikh Abdus Shamad Al-Falimbani 3 ilmu ini menjadi fardu ain: yaitu tauhid, fiqih, dan tasawuf.

Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Ilmu itu ada dua macam, yaitu ilmu yang terdapat dalam kalbu (ilmu yang bermanfaat) dan ilmu yang terdapat dalam lisan (yang merupakan hujjah bagi anak Adam).” HR. Al-Khatib.

Alfuryabi meriwayatkan hadits hasan mursal dari Rasulullah Saw. Sesungguhnya Nabi bersabda, “Setiap ayat itu mempunyai makna zahir dan batin, setiap huruf terdapat batasan, dan setiap batasan terangkat.”

Ilmu ibarat air, Allah menurunkan hujan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Itulah ilmu lahir yang siapa saja bisa mendapatkanya, ada juga sumber mata air. Yang jernih muncul dari permukaan bumi yang dalam. Itulah ilmu batin, yang akan di berikan Allah kepada orang yang ia kehendaki.

Dalam surat akhir zaman, al-Kahfi ayat 60 مجمع البحرين atau majma’ al-bahrain yang artinya tempat pertemuan dua laut. Itulah makna yang harus kita selami ilmu lahir dan ilmu batin, yang harus dipadukan sehingga kita menjadi orang yang selalu mendapatkan petunjuk “cahaya penerang dalam kegelapan” menjadi arif/mengenal arti bijaksana dalam kehidupan. Tidak terjebak hanya dalam aturan atau apa yang dilihat saja.

Baru akan saya uraikan makna tasawuf secara harfiah. Sebelum secara harfiah memang nama tasawuf banyak ulama mengatakan dari perkataan maknanya.

Saufa ( صُوْف ) bermakna bulu domba. Pakaian bulu domba ini menunjukkan gaya hidup para sufi atau orang-orang yang dekat kepada Allah yang mencurahkan hidupnya untuk agama ash-habus suffah. Banyak makna lain yang menjelaskan mengenai awal kata tasawuf. Penjelasan panjang juga kita lihat dari aspek sejarah ilmu ini. Menjadi nama tasawuf. Yaitu orang-orang yang hanya ingin mendekat kepada Allah. Hingga menggunakan baju wol untuk membedakan dengan orang-orang lain pada saat itu.

Namun ini yang harus kita luruskan kembali pemahaman tasawuf yang seolah menjauhi dari kehidupan dunia atau anti terhadap peradaban dunia modern. Justru tasawuf menjadi penyeimbang dalam hidup di dunia seperti dua sayap burung mampu terbang dan bahagia mencari rezeki yang halal. Menggabungkan ilmu lahir dan ilmu batin. Ilmu akal dan ilmu hati. Pengenalan rasional dan pengenalan terhadap Tuhan yang bisa menjaga dalam semua aspek kehidupan akhirnya. Menjadi seimbang dan bahagia.

Kata tasawuf secara harfiah terdiri dari 4 huruf yaitu: ta, shad, waw, fa.

Sufi kesohor dari Persia, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani (w. 1166 M) dalam kitabnya “Sirr al-Asrar wa Madhharu al-Anwar: fi Ma Yahtaju Ilayhi al-Abrar” mengungkap makna tersembunyi dari keempat huruf tersebut.

Ta adalah taubat.

Taubat dari apa? Setelah jauh kita berjalan bukankah kita merindukan yang sudah tadi saya katakan, rindu pada ketenangan kebahagiaan jalan yang lurus, bagus, mulus hingga tidak mau lagi jatuh atau tersesat. Karena sudah merasa lelah. Atau bahkan merasa sudah tak ada waktu lagi karena sudah masa seperti mau habis masa hidup di dunia ini.

Masuklah kita pada huruf awal yaitu taubat. Kita harus benar-benar menyesali dan menyadari apa semua yang sudah kita lakukan sebelumya. Kesalahan-kesalahan dan memohon ampun kepada Allah. Kita sadar kita ini makhluk, pasti ada Kholiq yaitu pencipta karena kita ini diciptakan. Tak mungkin ada yang diciptakan tetapi tak ada yang menciptakan.

Ini menjadi alasan kita memohon ampun kepada sang pencipta kita yang Maha Goffur, Maha Pengampun. Segala dosa yang kita perbuat, sebesar apa pun dosanya bila kita bertaubat dengan sungguh-sungguh maka akan diampuni. Seperti tetasan tinta masuk ke samudera laut akan menghilang karena kebesaran Allah Swt. Maka masuklah ke dimensi penyadaran muhasabah pertobatan. Mengakui segala kesalahan dan ingin masuk ke jalan yg lurus itu. Dengan benar-benar, taubatan nasuha. Kembalinya kita dari perilaku dosa mau pun sifat tercela menuju perbuatan taat kepada Allah dan segala aturan-Nya.  

Shad merupakan safa yaitu suci.

Setelah kita akui semua perbuatan kesalahan, proses kita mengetahui dosa-dosa yang kita perbuat, yang atas izinya insyaallah mungkin sedikitnya pahala yang kita dapatkan kita bisa menyadari untuk bertaubat. Itu sudah panggilan yang sangat agung dari Allah jika kita sudah menyadari untuk kembali bertaubat. Jadi kita akan masuk ke safa yaitu suci/bersih, kita akan menjaga baik-baik, harus benar-benar menjaga diri agar tidak kembali ke jalan yang salah.

Kita harus benar-benar ingat bagaimana kesalahan itu, siksa itu. Tak mungkin dan tak mau lagi untuk tersesat kembali maka kita harus jaga dengan safa suci selalu menjalankan semua perintah-Nya; salat, puasa, dzikir, sodaqoh, semua aturan-aturan yang Allah berikan. Kita jalankan karena kita sudah mengenal Allahlah pencita dan Allahlah sang pemilik aturan (syariat). Pasti absolutely, haq semua dibayar kontan saat ini di dunia dan di akhirat, perilaku apa yang kita lakukan kita harus bersih dari melawan hawa nafsu dalam hati.

Wa merupakan walayah.

Ini wilayah kita mengenal lebih jauh lagi mengenai allah sang Maha Esa (tunggal). Qul huallah huahad. Allah itu satu, kita mendalami mengenal sifat Allah. Nama-nama Allah, asma, dan dzat Allah. Agar kita mampu mengenali sifat jallullah dan jamallulah (keagungan Allah dan keindahan Allah). Agar kita bukan hanya tahu tapi benar-benar mampu merasakan kalau Allah benar-benar merahmati dengan segala sifat asmanya kepada kita. Sabda rasulullah Saw.:Berakhlaklah kamu dengan akhlak Allah.”

Hasil dari walayah ini kita terus menjaga dalam dimensi wilayah pembersihan hati, dan hasinya berakhlak yang baik. Berdasarkan hadist tersebut, maka sifat-sifat Allah akan berlaku pada diri kita. Setelah sifat-sifat kemanusiaan terlepas dari diri kita.

“....Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya.” (HR Al Bukhari).

Fa berarti Fana.

Fana di sini bukan mabuk atau lebur. Fana merupakan kesadaran bahwa semua dalam kehendak-Nya, semua dalam lingkupnya meliputi dalam semua perbuatan kejadian mahluk di dunia ini. Tak mungkin lagi kita menyalahkan orang lain, tak mungkin kita bertengkar, tak mungkin kita benci, tak mungkin kita iri, tak mungkin kita sombong, dan sebagainya jika kita tahu semua adalah jalullah dan sifat Allah semua cara Allah untuk menjaga makhluk-Nya, untuk mengajarkan makhluknya dalam menempuh perjalanan dalam hidupnya.

Sesungguhnya Rasulullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka, sebagian ahli tasawuf mengatakan bahwa:Tasawuf itu adalah akhlak yang baik (mulia).

Juga dalam kitab awaiful ma’arif disebutkan: “Yang disebut tasawuf adalah memasuki semua akhlak yang mulia dan meninggalkan semua akhlak tercela.Maka dalam kandungan tasawuf dikupas semua permasalahan atau penyakit dalam hati manusia, yang merusak kehidupan manusia. Itulah pentingnya kita mengetahui indikasi juga obatnya untuk menjadi sehat.

Dengan ketiga ilmu itu kita melakukan atau mengamalkan aturan syariat juga mengimaninya dan khusyuk karena benar-benar mengenali diri kita, bukan lahir atau badan saja namun batin kita mengetahui walau sedikit. Seperti siang ada juga malam, ada lahir pasti ada batin. Ada gerakan ada juga kekhususan yang harus kita kejar. Kita berusaha mendekatkan diri kepada Allah dalam setiap saat, dan allah hanya dapat didekati dengan akhlak yang baik.

Sedikit saya menulis atau bercerita agar kita benar-benar bisa berpikir dan menemukan jalan yang lurus. Saya menyarankan agar kalian bertanya dan dekatilah para kiai dan jangan sungkan atau malu untuk belajar lebih dalam tentang makna kehidupan. Dengan semangat belajar, maka kebahagiaan akan kalian temukan. Sirrur asrar.

Maze Backpacker
Sydney Australia, 29/12/22.