Dalam
perjalanan kehidupan di dunia ini, kita
terlahir dengan agama yang diwariskan orang tua kita, sebelum kemudian kita mencari sendiri dan
memutuskan agama apa yang akan kita peluk ketika beranjak dewasa (baligh). Bersyukurlah yang sudah memeluk agama Islam.
Walaupun
jangan merasa cukup dan berdiam diri, karena agama yang kita pilih tidak hanya
untuk mengisi status pada KTP atau formulir-formulir belaka. Kita mesti
mengetahui agama tersebut, dalam hal ini agama Islam. Penting pula mengetahui korelasinya dari agama-agama lainnya; ketersambungannya,
fungsinya, dan perannya dalam aspek kehidupan.
Dalam
sedikit tulisan ini saya ingin menguraikan pokok pondasi rukun agama Islam yang saya pelajari. Mungkin sebagian dari teman-teman sudah tahu, dan sebagian teman-teman
lainnya baru mendengar. Bahkan mungkin mengira hanya ada rukun Islam saja.
Sesunggunhnya tipis perbedaannya antara rukun Islam dengan rukun agama Islam. Dalam agama Islam sendiri, ada rukunnya. Terdiri dari tiga pilar atau pondasi atau tiang. Yaitu: Iman. Islam, dan Ihsan.
Mungkin beberapa dekade atau bahkan 50 tahun terakhir ini kita asing mendengar istilah Ihsan. Pernah mendengar namun tak tahu atau tak mau tahu apa itu ihsan. Yang biasa kita dengar dan pelajari hanya sebatas rukun Islam dan Iman, itu pun kita tahu hanya karena menjadi mata pelajaran sekolah dasar tanpa ingin menggali lebih dalam lagi.
Meskipun sering disebut pada acara kematian atau doa selamatan, tetapi hanya sebatas semoga diterima Iman Islamnya, semoga ditambah Iman Islamnya.
Tidakah ini menjadi pertanyaan untuk kita generasi muda, ke mana Ihsan itu? Apakah ditiadakan, atau dirahasiakan, atau ditutupi, atau tidak ada yang ahli tentang Ihsan?
Ini pilar yang sangat penting jika kita melihat pengandaian threepod untuk kamera yang memiliki kaki 3 yang menopang, sehingga bisa berdiri suatu tumpuan dengan jejeg. Jika hanya 2 kaki, mungkin bisa berdiri, dengan Islam Iman saja, namun bisa kita bayangkan jika threepod hanya memiliki 2 kaki, dia tak cukup kuat untuk menjaga keseimbangan, kaki itu mungkin saja tidak kokoh atau tidak kuat terkena empasan angin, atau hujan yang menyentuhnya.
Inilah yang mungkin terjadi jika hanya menjalankan sampai pada aturan fiqih syariat saja dan sebatas yakin Iman saja, namun tak masuk ke dalam hatinya (Ihsan). Haqul yaqin, kepastian absolut merasakan semuanya dengan bersaksi sebenar-benarnya.
Kalau seperti itu, bisa jadi salat dan keyakinannya tak berfungsi pada kehidupannya sehari-hari, itu kenapa salah satunya bisa tetap ada pertengkaran, ada pencurian, pelecehan, dan bahkan korupsi, karena tak kuat kaki itu berpijak teguh pada agama.
Agama hanya menjadi batas aturan dan keyakinan yang mungkin mungkin terjadi balasan atau tidak. Dia tak benar-benar yakin melihat bahwa agama suatu dinnil haq, agama yg pasti. Maka benar adanya bila threepod dengan dua kaki mudah roboh oleh sentuhan atau gangguan dari luar aspek lain, maka pentingnya satu kaki lagi yang menopang kekuatan tiang itu. Dalam rukun agama selain Iman dan Islam yaitu dibutuhkan Ihsan. Memahami mengenai diri manusia. Memahami aspek apa saja yang ada dalam diri kita dimensi terlihat dan tak terlihat. Yang akan mengkorelasikan antara ilmu Islam dan Iman, ditambah Ihsan, maka akan komplit dan teguh pendirian kuat menjaga keseimbangan berdirinya pemahaman agama. Kokoh mengakar tak tergoyahkan, tak terganggu pikiran atau godaan dari luar karena sudah memiliki pijakan kaki yang cukup kuat. Mengakar ke 7 lapis bumi dan mampu tumbuh ke 7 lapis langit.
Maka akan
saya kisahkan bagaimana turunya hadist yang mengajarkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan.
Megenal Rukun Agama Islam
Saya tegaskan lagi kenapa begitu pentingnya Ihsan bagi kehidupan manusia. Mungkin ini yang sedikit hilang di negara kita bahkan dunia, istilah Ihsan yang jarang kita dengar bahkan kita tidak mengetahui apa itu Ihsan, dan seberapa penting peran mengetahui apa itu Ihsan. Allah Swt. bahkan sangat sering memanggil kita di Al-Quran sebagai Ihsan. Bisa dikatakan memang manusia tidak mungkin menjadi sempurna, tetapi ada baiknya kita mencoba berusaha menjadi yang terbaik untuk Allah, karena kita sudah diciptakan menjadi manusia yang sempurna dengan segala pemberia-Nya.
Berbicara dasar bagaimana turunya Islam, Iman, dan Ihsan, kita bisa melihat pada hadist shahih bagaimana hadist ini dikenal sebagai hadist Jibril, satu-satunya hadist yang dibawa langsung oleh malaikat Jibril, yang merupa diri menjadi manusia yang tampan, menandakan bagaimana pentingnya pesan ini untuk umat manusia di kehidupan dunia.
Bisa kita perhatikan kalau Al-Quran memiliki Ummul Quran, yaitu surah Al-fatihah. pada hadist pun ada istilah Ummul Hadist. Dari banyaknya hadist yang dirawikan dan ditulis oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, dari kumpulan hadist shahih, ada 4000 hadist, pada kumpulan hadist sebanyak itu bahkan pada catatan lain berjumlah 7275 sampai 300 ribu yang dikumpulkan Imam Muslim, ada satu induk yaitu Ummul Hadist, atau induk dari hadist-hadist shahih, yaitu hadist yang menjelaskan tentang rukun agama Islam, ini menggambarkan sangat pentingnya peranan rukun agama karena Islam, Iman, dan Ihsan mejadi ibu atau induk dari sebegitu banyaknya hadist-hadist yang terkumpul.
Ini menandakan pentingnya 3 aspek ini dalam kehidupan kita seperti pentingnya Al-fatihah dalam kehidupan kita sebagai umat muslim.
Dari Umar radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu hari ketika kami duduk-duduk di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di paha Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika kamu mampu,” kemudian dia berkata, “Engkau benar.” Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?” Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Engkau benar.” Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang Ihsan.” Beliau menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu, (ketahuilah) bahwa Dia melihatmu.” (HR. Bukhari Muslim)
Mungkin kebanyakan orang awam yang sekarang hanya mengetahui rukun Islam ada 5, dan rukun Iman ada 6, padahal dan Ihsan yang menjadi akhlak. Ihsan tidak memiliki rukun namun Ihsan (احسان; “kesempurnaan manusia” atau “manusia terbaik”) adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. (Musyahadah dan Muroqobah.)
Kita perhatikan sekali lagi dan pahami dengan mendalam, ketika sahabat bertanya mengenai Ihsan, “Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?” Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Muncul pertanyaan di benak kita, bagaimana cara kita bisa menjadi seperti itu atau mencapai pemahaman seperti itu, mungkin kita berpikir tidak mungkin atau kemustahilan bagi kita yang sangat awam ini sebagai muslim yang sedang belajar memahami konsep setinggi itu. Kita bisa lihat pada para ulama sekarang dan terdahulu, bagamana para ulama terdahulu sudah merumuskan keilmuan atau membuat bidang keilmuan menurut tiang-tiang masing-masing, seperti rukun Islam menjadi ilmu fiqih yang di dalamnya ada aturan-aturan salat dan tata cara masuk Islam sebagainya yang merumuskan hukum: haram, wajib, sunah, mubah, makruh, yang kita kenal juga sebagai syariat Islam.
Lalu rukun Iman bagaimana dirumuskan menjadi bidang keilmuan oleh para ulama terdahulu menjadi ilmu aqidah atau tauhid, iman pada yang ghaib atau hal abstrak yang tak dapat terlihat oleh mata atau tak terukur oleh rasional, jadi kita cukup meyakininya dengan iman.
Dan Ihsan
yang jarang sekali diketahui oleh kebanyakan
orang bahkan anak muda kebanyakan, dimana Ihsan sangat
berperan penting dalam kehidupan, karena dirumuskan menjadi keilmuan tasawuf (hati/akhlak)
yang belakangan ini diidentikan berbeda atau hal yang asing untuk kita. Tapi
jika kita perhatikan secara mendalam dan mendetail sungguh 3 rukun agama Islam
ini sangat penting peranannya sebagai pegangan
agama, jika saja satu tidak kita pegang maka tidak menjadi Islam
yang kaffah atau tidak sempurna, bisa dibilang tidak bisa berdiri kuat jika
satu kaki tidak di pahami bahkan tidak kita mengerti.
“إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ”
Artinya: “Sesungguhnya Allah cinta kepada orang-orang yang berbuat Ihsan (kebaikan)” (QS. Al Baqarah: 195).
Allah mencintai orang yang Ihsan dalam amalnya, sehingga maqam Ihsan ini adalah maqam yang diridhai-Nya. Sebagaimana orang yang bermaqamkan Ihsan juga akan mendapatkan rahmat-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ”
Artinya: “Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat Ihsan.” (QS. Al A’raf: 56).
Yang menjadi tujuan utama dalam ibadahnya
semoga bukan
lagi surga neraka namun kecintaan nya kepada Allah Ta’ala, karena Allah cinta
kepada orang yang ahli Ihsan.
Maqam Ihsan adalah derajat yang sangat mulia, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan riyadhah nafsu (berperang melawan nafsu) dan mentarbiahnya hingga selamat dari perkara yang menghalangi dirinya dari tujuan ini.
Yaitu, menjadikan Allah
sebagai tujuan kita, sesuai dengan sifat Allah dalam surat Al-Ikhlas yaitu As Somadiyyah yang artinya
Allah adalah yang Maha dituju pada setiap sesuatu. Wallahu A’lam.