Air dan Gunung

Winter tahun 2023 sudah di ujung masa, Agustus ini saya bersama istri memutuskan untuk berlibur ke gunung yang bersalju. Jaraknya hampir 300 km dari rumah kita di Dandenong jika ditempuh menggunakan mobil mungkin sekitar 4-5 jam. Saya bersama sahabat sudah membicarakan dan berjanji untuk pergi berlibur ke Mount Hotham pada tahun ini, yang mungkin di 2024 kita sudah berencana kembali ke Indonesia atau ada kesibukan lain di lain negara.

 

Tahun 2019 saya pertama kali pergi ke gunung salju bersama Aristyo Rahadian dan istri, setelah itu tahun 2020 ada kendala Covid-19 dan skip pada tahun 2021 karena kesibukan, memang winter season berjalan begitu cepat hanya 3 bulan berganti musim. Akhirnya pada kesempatan 2023 ini saya memaksakan untuk bisa kembali menyambangi gunung yang penuh salju itu.

 

Saya bersama istri dan sahabatnya Nenden, kita menyiapkan segala makanan dan peralatan yang akan digunakan di sana. Kita menggunakan mobil Nissan Cube yang saya beli pada tahun 2021, sedikit ragu karena terlihat mobil kecil akan dibawa berjalan jauh dan menaiki gunung bersalju. Tapi semua saya serahkan kepada Allah yang menjaga kita dan membimbing di perjalanan agar berjalan baik dan lancar. Akhirnya liburan itu dimulai.

 

Kita memilih melewati rute pegunungan, kita berangkat sekitar jam 9 pagi hari Jumat, 18 Agustus 2023. Sebenarnya ada rute yang sedikit cepat menggunakan highway namun kita memilih untuk bisa menikmati suasana pegunungan dan perjalanan sambil melihat beberapa farm-farm yang mungkin dulu kita pernah kerja di salah satu farm tersebut, katakanlah farm strawberry atau farm anggur.

 

Suasana perjalan Jumat pagi itu sedikit disambut gerimis namun tidak lebat hanya membuat jalanan basah dan udara berkabut karena di area pegunungan. Sepanjang jalan saya melihat keindahan alam seolah menyimpan kata-kata yang tak bisa diuraikan, manusia yang memandangnya yang mungkin bisa menguraikan apa yang alam semesta katakan kepada kita.

 

Saya sedikit bercerita tentang alam kepada istri dan Nenden, sambil saya menyetir saya mengatakan:Sayang tahu nggak, sebenarnya alam itu seperti manusia, mereka ada yang bahagia, ada yang sibuk, ruet, ada juga yang beku dan lainnya.

 

Nih, ya, aku coba jelasin. Alam itu ada dua, alam besar dan alam kecil. Alam besar, ya, alam semesta ini. Alam kecil di dalam diri kita, layaknya alam semesta juga banyak metabolisme dan unsur-unsur yang nggak bisa kita uraikan banyaknya termasuk alam pikiran alam bawah sadar kita, belum lagi kalau ngomonin alam hati atau perasaan.

 

Contohny, kita hidup di kota, bayangin di Melbourne CBD jam 10 pagi gini, di sana macet sibuk orang-orang berangkat kerja atau lagi kerja. Semua cari uang atau menyelesaikan masalah ada juga yang shopping mengikuti hawa nafsunya. Pokoknya kita lihat di sana semua berjalan cepat hampir nggak menikmati waktu karena terdorong sama kebutuhan, nah sekarang kita di jam yang sama sedang di area pegunungan, udara sejuk, adem tenang, gunung-gunung seakan bicara: Sini duduk dulu minum teh hangat sambil memandang langit atau rumput-rumput hijau.

Pegunungan ini menggambarkan manusia yang hidupnya sederhana, kalem, nggak harus makan yang macam-macam kayak es krim atau pizza, atau makanan Korea, gunung cuma bilang cukup teh hangat sama goreng pisang atau bakwan sudah kudapatkan nikmat yang luar biasa. Jadi manusia itu ya gitu, ada yang sibuk banget pikirannya kacau balau, mikirin ini itu keinginan yang nggak pernah abis, ada juga manusia yang santai bahagia, kalem indah menikmati alam semesta. Itu baru bicara dua alam ya perkotaan sama gunung, belum lagi ada lautan, ada juga kutub es atau gunung bersalju, yang banyak mencerminkan sifat-sifat manusia lainya, sifat manusia yang beku, yang sebenarnya dia adalah air (ilmu) yang bermanfaat, tapi ia sengaja diam membeku menunggu matahari mencairkannya, ada juga lautan yang samudranya kencang ombak-ombak yang semangat angin mendorong layar kapal-kapal dan airnya menghantarkan banyak kapal-kapal, juga ikan-ikan di dalamnya banyak hidup. Menggambarkan manusia-manusia yang semangat memberi bermanfaat dan bekerja tanpa lelah dengan lautan ilmunya.

 

Itu, sih, sekilas saja gambaran alam yang ditangkap dalam perjalanan, kalo kita uraikan pakai tulisan ya mungkin banyak banget, tapi dari sedikit cerita itu mungkin kita bisa milih, mau jadi alam semesta yang mana yang kira-kira membuat kita bahagia nantinya.

***

Setibanya kita di area bright yang jaraknya ke penginapan mungkin sekitar 50 menit, saya katakan kepada istri saya boleh nggak gantian nyetirnya. Setelah saya menyetir kurang lebih 3 jam saya ingin juga menikmati pemandangan dan istirahat sejenak. Perjalanan dilanjutkan masih di area pergunungan sekarang pukul 2 siang namun masih berkabut karena hujan membuat area pegunungan seperti diselimuti embun pagi. Mobil berjalan pelan berkelak-kelok di bawah pepohonan rindang dan tikungan tajam, saya sambil memandang langit yang diliputi air yang menjadi embun, embun meliputi pepohonan dan gunung-gunung, sontak saja membuat saya berpikir tentang air.

 

Bagaimana dalam Al-Quran banyak sekali berbicata tentang air, sungai mengalir, air laut dan air hujan dan air lainnya, simbol air yang merujuk kepada ilmu. Air yang menumbuhkan dan menghidupkan bagi alam semesata, begitu juga ilmu yang menjadi penerang dan petunjuk bagi manusia. Dalam hati dan pikiran saya coba menyimpulkan beberapa simbol-simbol alam terhadap air ini. Akhirnya sambil berjalan saya coba membuat sebuah tulisan:

 

Saat air hujan turun pun

Menjadi kabut yang menutupi

Indahnya alam semesta

 

Usai hujan turun

Bumi tumbuh

Menjadi indah

Pelangi pun tersenyum

Bersama awan yang indah

 

Mata air jernih

Menampakkan karismanya

Menumbuhkan dan menghidupkan

 

 

Banjir

Banjir air kotor

Yang dicemari keruh tanah

Menyerang rumah-rumah

Dan menenggelamkan perahu

 

Harus aku jelaskan

Karena zaman ini

Yang tak lagi mampu membaca

Metafora dan sastra

Kekeruhannya merusak peradaban manusia

 

Ilmu-ilmu yang kotor

Membanjiri dunia

Dipenuhi keserakahan dan kerakusan

Melahirkan kebodohan di mana-mana

Membanjiri setiap sudut kota dan rumah

Menenggelamkan setiap keluarga

Bahkan menenggelamkan negara

 

Akan ada satu masa

Mata air jernih kembali turun

Air mata dari gunung

Mengalir deras

Dan menumbuhkan kembali bumi

Yang telah rusak menjadi indah

 

 

Akan ada satu masa

Ilmu-ilmu yang suci kembali menyebar

Keadaan spiritual membangkitkan

Dan menjernihkan pikiran

Kebangkitan peradaban kembali tumbuh

Menumbuhkan kebahagiaan dan kesejahteraan

 

Bright 18/8/23

***

Dalam perjalanan, tiba-tiba saja tangan saya ringan menuliskan metafor itu, bukan puisi hanya tulisan saja, air itu melambangkan ilmu, di beberapa tulisan yang saya buat penah saya jelaskan air hujan merupakan ilmu yang bertebaran yang bisa kita ambil di mana saja dan manfaatnya menumbuhkan alam semesta, tapi ada juga mata air yang bening jernih yang datang dari mata air tanah biasanya di pegunungan itulah ilmu yang turun dalam hati manusia, Allah langsung bersama malaikat yang menyampaikan ilmu itu.

 

Coba kita uraikan sedikit dari kata-kata di atas:

 

“Saat air hujan turun pun

Menjadi kabut yang menutupi

Indahnya alam semesta”

Saya ingin menggambarkan saat ilmu- ilmu di dapatkan di era digital saat ini, kita nonton banyak podcast, banyak video-video ceramah, membaca buku-buku, berbincang bersama teman sahabat dan guru, banyak sekali ilmu-ilmu yang kita dapatkan, itu simbol turun hujan, kita harus berhati-hati, jangan sampai ilmu itu menjadi kabut bagi diri kita. Kita menjadi sombong menjadi tertutupi karena banyaknya ilmu kita. Istilah dalam sufi ilmu menjadi hijab, banyak dijelaskan di dalam kitab tasawuf. Jadi keindahan dunia perbedaan agama perbedaan budaya yang kadang-kadang malah kita sesatkan atau bidah, kan, yang harusnya kita dengan perbedaan itu mampu melihat betapa mahanya Allah, perbedaan itu rahmat bagi alam dan manusia. Indahnya alam tertutup kabut hujan.

 

Usai hujan turun

Bumi tumbuh

Menjadi indah

Pelangi pun tersenyum

Bersama awan yang indah

 

Usai manusia banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran dari perjalanannya, manusia akan tumbuh menjadi manusia yang bijak, mampu melihat Cahaya penerang dalam kehidupanya, tidak lagi kebingungan tidak lagi kegelapan, maka ia akan melihat semua tersenyum bahagia. Burung-burung dan tumbuhan seakan mengajak bernyanyi bersama, menyapanya setiap saat damai dengan segala suasana.

 

“Mata air jernih

Menampakkan karismanya

Menumbuhkan dan menghidupkan”

 

Justru ilmu yang kita dapatkan melalui hikmah atau pengalaman itu akan timbul seperti mata air yang bening dalam hati kita, menyadarkan dan mengubah perilaku kita secara langsung bukan lagi teori yang kita hafalkan, karena kita memang mengalaminya langsung dan menyaksikannya secara lahir dan batin, itu kita gambarkan seperti mata air yang jernih yang bisa menumbuhkan dan menghidupkan kita.

 

“Banjir air kotor

Yang dicemari keruh tanah

Menyerang rumah-rumah

Dan menenggelamkan perahu

 

Harus aku jelaskan

Karena zaman ini

Yang tak lagi mampu membaca

Metafora dan sastra

Kekeruhannya merusak peradaban manusia

 

Ilmu-ilmu yang kotor

Membanjiri dunia

Dipenuhi keserakahan dan kerakusan

Melahirkan kebodohan di mana-mana

Membanjiri setiap sudut kota dan rumah

Menenggelamkan setiap keluarga

Bahkan menenggelamkan negara”

 

Gambaran ini yang sangat jelas di kepala saya saat saya mencoba menggambarkan mengenai air, saat ini zaman kita sedang terkena air banjir yang kotor, dampak teknologi yang dianggap maju malah jebol merusak peadaban generasi dan manusia, walau ada sisi positifnya, tapi jika kita selami derasnya digitalisasi banyak juga kotornya, seumpama air kotor yang membanjiri rumah-rumah pedesaan dan perkotaan bahkan parlemen negara sekalipun, bahaya sekali jika kita semua tak mampu menyadari itu. Kita akan tenggelam dalam air yang keruh dan kotor. Ilmu kerakusan, kesombongan kedengkian, hilangnya kebersamaan keluarga akhlak dan gotong-royong. Manusia menjadi individualisme semua mengarah kepada kapitalisme, karena banjirnya infomasi di era digital ini sedikit sekali orang-orang yang mempu menyandarkan punggungnya dan menyadari air banjir yang sedang terjadi.

 

“Akan ada satu masa

Mata air jernih kembali turun

Air mata dari gunung

Mengalir deras

Dan menumbuhkan kembali bumi

Yang telah rusak menjadi indah

 

 

Akan ada satu masa

Ilmu-ilmu yang suci kembali menyebar

Keadaan spiritual membangkitkan

Dan menjernihkan pikiran

Kebangkitan peradaban kembali tumbuh

Menumbuhkan kebahagiaan dan kesejahteraan”

 

Bright 18/8/23

 

Alam semesta ini bekerja mengikuti sunatullah, mengikuti perintah Allah, seperti bagaimana gunung berapi meletus, setelah letusan itu beberapa bulan atau tahun menimbulkan kesuburan yang bagus bagi masyarakat. Apakah mungkin banjir air kotor ini yang banyak menenggelamkan banyak orang akan nantinya manusia menjadi sadar setelah semua tewas atau terbawa arus yang deras kebingungan dan kegelapan, kita harapkan ada satu masa mata air yang jernih akan kembali turun dari gunung, membawa kesegaran bagi manusia yang dahaga jiwanya, menjadikan manusai sadar tujuan kehidupan di dunia, membangkitkan spiritual yang tertidur atau terpenjara. Menenangkan emosi yang marah, kita berharap air jernih itu kembali akan menumbuhkan kebahagiaan dan kesejahteraan.

 

Beberapa hari setelahnya saya melihat postingan Gus Nadir saat berdakwah di Indonesia, menjawab pertanyaan dari santri: “Bagaimana santri yang terjun ke dunia politik?”

 

Jawab Gus Nadir:Kalau santri jadi politisi, maka dia harus juga bisa menjadi air yang suci dan mensucikan. Artinya apa, pertama dia harus menjadi air yang suci, maka dirinya harus bersih harus tetap menjaga jati dirinya sebagai santri, dia juga harus bisa mensucikan. Maka kalau dia jadi menteri, bukan hanya dia yang menjadi bersih tapi kementerian yang dia pegang harus bersih. Jadi jangan disangka bab toharoh itu hanya buat salat, filosofi maknanya bisa juga kita pakai untuk kehidupan kita termasuk kehidupan berpolitik.

 

Itu sedikit gambaran dan bayangan yang saya bisa tuliskan, dan saat kita tiba di penginapan malamnya saya tak sengaja, lagi-lagi semua kehendak Allah, saya mendengar ayah guru mengutip ayat Al-Quran mengenai gunung. Yaitu surat Al-Balad yang berbicara mengenai negeri yang di dalamnya berbicara juga tentang gunung dan kekuasaan, kesulitan juga nikmat.

 

Surat Al-Balad Ayat 12:

وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْعَقَبَةُ

Arab-Latin: Wa mā adrāka mal-'aqabah

Artinya: Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

 

Allah seperti memberi kode kepada kita semua, perjalanan yang sukar yaitu mendaki gunung. (mendaki kesadaran). Untuk menyelesaikan tulisan ini dan menyempurnakan pembahasan air dan gunung, makan air merupakan simbol ilmu yang seperti tadi saya uraikan, dan gunung merupakan simbol ketinggian, kesadaran pemahaman setelah melalui proses pendakian dan perjalanan yang berliku, maka baiknya kita semua menyadari dalam perjalanan manusia akan banyak mendapatkan halangan dan rintangan yang justru itu terus menumbuhkan dan membuat kita terus mengerti menjadikan kita terus tinggi.

 

Manusia yang sudah banyak mendapatkan ilmu dan pada pemahaman puncak atau tinggi ia akan menjadi manusia yang bijaksana, tidak lagi benar salah, tidak lagi baik buruk. Ia mampu melihat semua adalah keindahan dan kekuasaan-Nya. Pemandangan dan kesaksianlah yang menjadi akhir perjalanan.  

 

Dandenong 28/8/23