Pada penghujung Juni perjalanan show selanjutnya akan dimulai, sekitar dua minggu lebih dan ada beberapa lokasi performance yang akan kita sambangi, di antaranya Bundaberg Queensland lanjut ke Charters Towers berjarak 10 jam dari lokasi pertama hingga lanjut ke Townsville kota yang tua di ujung Queensland, Australia.
Setelah itu kita akan terbang ke Bahrain pulau yang dekat dengan tanah kelahiran Nabi Muhammad Saw., jika ditempuh dengan kendaraan sekitar 11 jam. Saya bersyukur bisa menapakkan kaki di sana dan menghirup udara aroma dan suhu yang panas, sedikit merasakan bagaimana perjuangan dulu para pejuang agama.
Sebelum jauh bercerita mengenai perjalanan pertunjukan ini, sebenarnya saya hanya ingin bercerita mengenai perubahan warna pada sepeda, sebelum tour itu dimulai kita berbincang untuk mengubah warna sepeda saya yang sebelumnya berwarna putih. Director ingin kita berkonsep beraneka warna karena ingin menampilkan keceriaan dengan konsep lighting warna-warni. Seperti breakdancing mereka menggunakan jacket berwarna merah dan biru, pada aksi Bavo basketball ia menggunakan kostum purple. Pada pertemuan pertama saya dengan 360 Allstars saya menggunakan sepeda hijau neon yang warnanya menyala jika di tempat gelap dan di senter lighting di atas panggung. Director mengatakan bisakah kamu menggunakan warna hijau itu kembali, saya sontak saja mengatakan mudah, tinggal saya ganti frame-nya. Kebetulan saya memang menyimpannya di rumah.
Beberapa minggu sebelum perjalanan tour yang saya kisahkan ini, saya sudah men-set up sepeda hijau yang saya gunakan pada tour di awal tahun 2021. sepeda hijau ini banyak digunakan untuk advertising 360 Allstars, warna sepeda tersebut mungkin alasan kedua untuk menyamakan pada warna advertising, namun alasan utama adalah agar banyak warna di atas panggung.
Saya mencoba latihan beberapa gerakan dan mencoba beradaptasi dengan frame yang hijau neon, namun apa yang saya dapati frame ini sedikit berbeda dari ukuran dan beratnya. Beratnya mungkin berbeda hampir 800 gram belum lagi crank (goesan) yang digunakan berbeda bahan daripada yang saya gunakan di sepeda yang putih, akhirnya saya beberapa minggu mencoba terus maksimal beradaptasi agar menguasai frame baru yang akan saya bawa pada tour selanjutnya.
Sampai 5 hari terakhir sebelum terbang ke Brisbane, siang itu, selesai saya pulang bekerja, saya menelepon director saya dan sedikit berbincang mengenai persiapan penerbangan nanti dan saya katakan “one more think about my bike” saya jelaskan mengenai kondisi sepeda hijau yang ia inginkan di atas panggung, saya katakan beratnya beda, saya harus beradaptasi dan lain-lain, akhirnya ia pun mengatakan “don’t kill your self”. Apa pun warnanya yang penting kamu senang, jadi saya menawarkan kepadanya untuk mencat ulang sepeda putih jika memang agar terlihat berwarna di atas panggung, toh persoalannya yang kita cari ialah mengenai full colour di atas panggung.
Saya sempat berdiskusi juga mengenai warna apa yang bagus untuk sepeda saya selanjutnya karena seusai percakapan di telepon itu saya memutuskan untuk langsung pergi ke toko bangunan untuk melihat warna-warna apa yang tersedia di sana.
Saya katakan, “Do you have a good color recommendation?” ia sedikit berpikir beberapa saat, dan mengatakan warna pink, saya pun sontak tertawa sedikit terlihat seperti warna perempuan, tapi saya mengatakan kepadanya saya justru memikir warna purple karena pada logo 360 Allstars ada beberapa warna di antaranya biru, pink, putih, dan purple.
Sebelum memutuskan mengecat ulang sepeda putih saya sudah berkhayal warna apa yang cocok untuk warna selanjutnya karena memang saat itu saya pun sedang menulis mengenai makna perjalanan bersama sepeda saya dengan komposisi warna-warna yang dulu pernah saya lalui. Sedikit saya ingin mengubahnya ke warna merah tapi saya ingat saya pernah dengan warna merah, saya ingin warna biru saya pun pernah warna biru dan terlalu warna pasaran.
Akhirnya saya katakan padanya mungkin saya memilih warna purple dengan sedikit gliter agar terlihat seperti galaxy, akhirnya ia pun mengatakan “apa pun warna yang kau suka pilih saja”.
Setibanya saya di toko bangunan bernama “Bunning” wearhouse terbesar yang di dalamnya bahan bangunan, saya berjalan ke lokasi spray paint atau kita sebut pilok.
Lebih dari 20 menit saya memilih warna dan bolak-balik di lorong itu. Saya lihat satu per satu warna yang cocok, saya melihat-lihat warna purple banyak di antaranya namun saya menginginkan yang sedikit doop tidak glosy, namun pada warna sample yang terdapat di tutup kaleng itu tidak ada yang seperti saya bayangkan.
Saya membayangkan warna ungu. 80% doop dan tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda. Kurang lebih 20 menit saya memilih warna akhirnya ada satu merek di ujung yang saya liat tutupnya berwarna purple ungu glosy, saya pun ragu dengan warna itu tapi karena pilihan yang lain tidak ada yang pas dalam hati akhirnya saya memutuskan membawa yang itu.
Dalam langkah saya sebelum membayar pun saya masih berbicara dalam hati “sepertinya warnanya kurang bagus” tapi saya tetap membela “tidak apa-apa nanti bisa ganti warna lain”.
Sesampainya di rumah saya memulai pengecatan ulang sepeda putih, saya terkejut pada saat disemprotkan keluar warna yang berbeda dari tutup kaleng yang saya lihat. Muncul warna purple/ungu yang dop terang tapi tidak gelap tidak terang sekali. Dan doop 80%. Saya sedikit senang dan terus melanjutkan pengecatan itu sampai selesai.
Saat proses pengecatan itu pun saya sedikit berbincang bersama sahabat saya kenapa tidak merah saja warnanya supaya menyala sahutnya, saya dalam hati dan mengatakan tak apa coba dulu warna ini. Maunya merah juga sebenarnya, tapi sudah terlanjur membeli yang ini dan saya berpikir bisa saya ganti kapan-kapan.
Setelah selesai pengecatan beberapa hari sebelun keberangkatan mungkin satu hari sebelumnya, saya biasa berzikir sambil memejamkan mata dan saat saya menyebut “hasbunnallah” menyerahkan segala maksud kepada Allah dan saya sebut Nabi Muhammad Saw. dengan memanjatkan salawat kepadanya.
Kenapa yang membuat saya kaget setiap saya ucap kalimat itu seolah olah warna itu muncul pada kegelapan mata saya, ungu yang saya semprotkan di sepeda itu. Dan kejadian ini bukan langsung di hari yang sama setelah saya mengecat sepeda, mungkin selang 2-3 hari setelahnya. Artinya bukan karena mata saya masih merekam warna itu, justru di zikir saya saat menyebut nama Allah. Yang membuat saya terkejut saat hati saya mengucap salawat baru warna itu muncul, seperti kilatan cahaya yang datang dan pergi. Flash yang slow motion datang dan pergi.
Sehari sebelum keberangkatan saya mendengan ceramah di kanal Youtube, dan saya terkejut mendengar pernyataan mengenai makna pada simbol warna daun “hanjuang” yang pada budaya budaya Sunda daun itu digunakan pada proses kelahiran dan kematian.
Budaya leluhur kita memilih warna daun hanjuang yang berwana “fluro violet” ungu yang menyala. Saya benar-benar menggelengkan kepala lebih-lebih setelah tahu makna yang terkandung di dalamnya. Saya melihat betapa tidak ada yang kebetulan di alam semesta ini. Semua terjadi memang kehendak Allah dan iradah-Nya.
Warna daun hanjuang ternyata sama seperti warna ungu yang saya semprotkan beberapa hari lalu dan sama seperti yang saya lihat pada zikir yang tak pernah muncul warna itu sebelumnya. Mengagumkan untuk saya dan saya tertarik untuk menulisnya.
Makna yang terkandung di baliknya ternyata para leluhur kita tidak sembarangan memilih simbol warna daun untuk upacara kelahiran dan kematian manusia di dunia.
Justru leluhur kita di tanah Jawa atau Sunda sudah mengenal warna itu pada jalan spiritualnya atau jalan dialam kasat mara. Memang warna kilatan cahaya ke ungu-unguanlah yang muncul.
Saya sangat bersyukur jika memang ini petunjuk sebelum saya pergi ke tanah arab jauh dari rumah asal. Allah ingin simbol warna ini masuk pada sepeda saya yang sebelumnya saya memang belum pernah menggunakan warna ungu seperti ini. Isyarat dalam perjalanan spiritual yang saya tempuh bersama sepeda, saya merasa di respons oleh Allah, disentuhnya dan diundangnya untuk masuk ke negara yang banyak menyimpan sejarah Islam.
“Hanjuang lambang kelahiran lambang kematian, Warna ke ungu-unguan”
Ternyata dalam Al-Quran ada pada surat Ar-Rahman ayat ke-37:
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak.”
Kilatan cahaya itu sangat jelas dan terulang-ulang saat saya menyebut dan memanggil Nabi Muhammad Saw. Bermunculan hilang dan pergi mengagetkan saya dan terus berulang. Bisa jadi itu proses supernova yang melambangkan tujuan yang kita cari yaitu jalan yang saya tuju. Kelahiran dan kematian. Karena dalam perjalanan saya selalu meminta “sirotolmustaqim” tunjukan jalan yang lurus.
Warna itu seperti memberikan sinyal agar saya tahu asal diri ke mana juga ke mana saya akan pulang, “Supernova”.
Dalam kematian disimbolkan oleh para leluhur sunda menjadi Pohon Hanjuang (hanju itu napas terakhir, hiang itu menghiang atau kembali bersatu) kepada asal.
Itu simbol tujuan perjalanan atau isyarat yang saya dapatkan di puncak perjalanan warna Fluro Violet
Yang tak sengaja yang memang Allah rencanakan untuk membimbing perjalanan pencarian mengenai makna kehidupan yang saya tempuh.
Jika ingin melihat pohon ini, biasa ditemukan di kuburan atau halaman rumah untuk mengingatkan kita pada akhir perjalan yaitu kematian, agar kita terus menyiapkan perjalanan ini sebelum sampai ke tempatnya masuk ke dalam warna indah itu.
Saya pun masih bergetar dan merasakan sentuhan sentuhan Allah kepada saya betapa mesranya sampai-sampai mau memilihkan warna itu untuk saya.
Terima kasih ya Allah, perjalanan saya bersama sepeda sampai membawa saya ke tanah Arab.
Swiss Bell, Bahrain 6/7/23